PILIH JILBAB ATAU PEKERJAAN
APA SIKAP KITA SAAT DILARANG BERJILBAB DI TEMPAT KERJA ?
Saya yakin, Anda pernah mendengar kasus karyawati yang
dilarang menggunakan jilbab atau kerudung di perusahaan tempat mereka bekerja.
Atau Anda pernah mengalami? Atau Ada teman atau saudara yang pernah mengalami?
Silahkan share artikel ini, mudah-mudahan bisa membantu yang sedang atau pernah
mengalami hal ini.
Saya tidak akan membahas dari sisi perusahaan. Sikap saya
jelas: ITU SALAH. Jika kebetulan ada perusahaan yang melarang penggunaan jilbab
bagi karyawatinya, membaca tulisan ini. Saya katakan, cabut larangan ini.
Jilbab bukan sekedar simbol, tetapi kewajibab ibadah bagi SEMUA muslimah.
Melarang berjilbab adalah diskriminasi dan melanggar kebebasan beragama.
OK, itu saja. Karena saya ingin fokus membahas bagi siapa
pun yang sedang atau pernah mengalami pelarangan ini.
BAGAIMANA CARA MENYIKAPI JIKA DILARANG BERHIJAB DI TEMPAT
KERJA
Butuh Keberanian Berdiri Diatas Kebenaran
Memang tidak mudah. Jika kita mau berbicara apa yang
seharusnya, maka sikap seharunya adalah lebih mengutamakan perintah Allah ketimbang
perintah atasa atau perusahaan. Tentu saja, resikonya adalah dipecat oleh
perusahaan. Itu lebih baik dibandingkan dipecat jadi hamba Allah yang shalihah.
“Tapi … ”
Saya memahami, bahwa saat Anda bekerja, artinya memang
membutuhkan hasil dari bekerja itu untuk berbagai kebutuhan. Saya memahami itu
dan jika Anda sampai diberhentikan bekerja, tentu akan kehilangan penghasilan
dari perusahaan itu.
Saya tekankan, “penghasilan dari perusahaan itu”!
Artinya masih ada peluang mendapatkan penghasilan dari
perusahaan lain atau dari sumber lain. Karena rezeki Anda bukan dari perusahaan
itu, tetapi dari Allah. Dan, Allah bisa memberikan rezeki kepada Anda dengan
berbagai cara, tidak harus melalui perusahaan yang justru melarang ibadah.
Yakinlah rezeki itu datang dari Allah, bukan dari seseorang,
bukan dari perusahaan tertentu.
“Tidak ada satupun makhluk yang hidup di muka bumi ini,
kecuali rezekinya ditanggung Allah…” (QS. Hud: 6).
Jika seseorang mayakini al Quran termasuk ayat ini,
seharusnya tidak lagi takut kehilangan rezeki gara-gara berhenti bekerja dari
perusahaan. Apalagi niat berhenti bekerjanya demi menjalankan perintah Allah.
Mungkin Tidak Akan Mudah
Kita mungkin pernah mendengar atau membaca dimana seorang
karyawati menjadi sukses justru setelah dipecat gara-gara mempertahankan
menggunakan jilbab. Plus cerita indah lainnya.
Namun, saya tidak akan menjanjikan kepada Anda bahwa setelah
berhenti bekerja akan mudah. Yah realitis saja. Anda mungkin akan butuh
perjuangan baik mencari kerja baru atau merintis bisnis. Mungkin akan mengalami
hari-hari sulit. Itu mungkin saja terjadi.
Tapi yakinlah, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan
perjuangan Anda, tidak akan menyia-nyiakan keshabaran Anda menghadapi
kesulitan. Dan Allah mengetahui bahwa Anda mengalami ini semua demi mengharap
ridla-Nya. Allah akan membalasnya baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Dan kita juga yakin, bersama kesulitan ada kemudahan. Yang
Anda perlukan adalah terus berjuang dengan ikhlas dan dengan shabar. Balasan
pahala in syaa Allah sudah menanti Anda.
Yakinlah akan selalu ada jalan.
Jangan menyerah, Anda sedang berjalan dijalan Allah dan
Allah pasti akan menolong kita. Ini ujian dari Allah.
Berbagai Pilihan Setelah Berhenti Bekerja
Apa yang dilakukan setelah berhenti bekerja?
Ada banyak berbagai pilihan:
Bisa mencari pekerjaan di tempat lain (bagi yang sudah
bersuami, tentu atas izin suami).
Bisa memulai merintis bisnis, banyak sekali mulai dari
menjahit, membuat kue, bisnis online, MLM syariah, dan berbagai peluang lainnya
yang bisa dijalankan di rumah.
Menjadi penulis misalnya, mendapatkan pemasukan dari royalti
buku.
Menjadi tenaga freelance sesuai dengan waktu dan keahlian
Anda.
Atau fokus saja menjadi seorang istri dan ibu yang baik
(bagi ibu rumah tangga) dan do’akan agar suami lebih sukses lagi.
Silahkan pilih, jika dikembangkan dari kelima poin diatas
akan sangat banyak sekali pilihan yang bisa kita lakukan.
Tentu saja, bagi wanita yang sudah bersuami, silahkan
diskusikan dengan suami apa yang sebaiknya dilakukan. Saran saya, jika
seandainya penghasilan suami sudah mencukupi, pilihkan poin yang kelima yaitu
menjadi istri dan ibu yang baik.
Saat Menghadapi Situasi Dilematis
“Setiap umat memiliki ujian. Dan ujian terbesar bagi umatku
adalah harta.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al-Albani).
Mungkin saja, seseorang menghadapi kondisi dilematis. Jika
dia bekerja, dia berdosa karena membuka aurat. Sementara jika dia berhenti
bekerja, ada masalah besar yang dihadapi.
Apakah karena beratnya resiko, masih boleh bekerja meski
harus melepas jilbab? Alasannya keterpaksaan?
Jika Anda bertanya kepada saya, itu kurang tepat karena saya
hanyalah seorang motivator bukan seorang ustadz apalagi ulama. Jadi silahkan
hubungi ulama yang terpercaya untuk menanyakan masalah hukum. Silahkan bertanya
kepada ulama, jawabannya mungkin berbeda karena setiap kondisi masing-masing
berbeda.
Anggaplah misalnya karena benar-benar sangat terpaksa Anda
tetap bekerja tanpa berjilbab (menurut ulama ya, bukan hawa nafsu sendiri).
Jangan jadikan ini keterusan. Artinya harus ada upaya secepat mungkin agar
kondisi seperti berakhir.
Carilah solusi, pikirkan, renungkan, dan mohon petunjuk dari
Allah agar Anda bisa mengatasi masalah ini secepatnya. Agar masalah Anda tetap
bisa diatasi DAN Anda tetap bisa menjalankan perintah Allah (menutup aurat).
Perlu keseriusan berpikir dan berusaha keras untuk
mendapatkan solusi. Termasuk membutuhkan ilmunya cara mengatasi masalah.
Yakinlah, solusi itu akan datang.
Semoga kita termasuk umat yang mencintai aturan-aturan islam.
#MB
http://www.motivasi-islami.com/
Komentar
Posting Komentar